Sabtu, 26 Desember 2015

Nama Mahasiswa                                 : Fina Nahdiyya
Hari/Tanggal CRS                                : Selasa/20 Oktober 2015
Judul Buku/Artikel/Dokumen              : Should Behaviorism Shape Educational Practices
Penulis Buku/Artikel/Dokumen           : B. F. Skinner dan Carl R. Rogers.
Should Behaviorism Shape Educational Practices
Menurut B. F. Skinner unsur yang terpenting dalam belajar adalah adanya penguatan dan hukuman. Penguatan adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi. Sebaliknya, hukuman adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku. Penguatan boleh jadi kompleks. Penguatan berarti memperkuat.Penguatan positif adalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respon meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung. Bentuk-bentuk penguatan positif adalah berupa hadiah, perilaku atau penghargaan.
Penguatan negatif adalah penguatan berdasarkan prinsif bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan. Bentuk-bentuk penguatan negatif antara lain: menunda atau tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak. Kupasan yang dilakukan Skinner menghasilkan suatu sistem ringkas yang dapat diterapkan pada dinamika perubahan tingkah laku baik di laboratorium maupun di dalam kelas.
Dengan demikian beberapa prinsip belajar yang dikembangkan oleh Skinner antara lain: Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika benar diberi penguat. Dalam proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar, materi pelajaran digunakan sistem modul. Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktivitas sendiri. Dalam proses pembelajaran, tidak digunakan hukuman. Namun ini lingkungan perlu diubah, untuk menghindari adanya hukuman.
1.      Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebagainya. Hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variable rasio reinforcer.
2.      Dalam pembelajaran, digunakan shaping.
Beberapa aplikasi teori belajar Skinner dalam pembelajaran adalah sebagai berikut yaitu Bahan yang dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit secara organis. Hasil berlajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan dan jika benar diperkuat. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar. Materi pelajaran digunakan sistem modul. Menurtu Skinner dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri. Dalam proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman. Belajar menurut pandangan B. F. Skinner (1958) merupakan suatu perubahan yang terjadi dalam peluang munculnya respon.
Dalam pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari pelanggaran agar tidak menghukum. Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah. Hadiah diberikan kadang-kadang . Tingkah laku yang diinginkan, dianalisis kecil-kecil, semakin meningkat mencapai tujuan. Menurut Skinner pendidikan harus mempelajari bahan secara tuntas menurut waktunya masing-masing karena tiap anak berbeda-beda iramanya. Sehingga naik atau tamat sekolah dalam waktu yang berbeda-beda.
Beberapa Kekeliruan dalam penerapan teori Skinner adalah penggunaan hukuman sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa. Menurut Skinner hukuman yang baik adalah anak merasakan sendiri konsekuensi dari perbuatannya. Misalnya anak perlu mengalami sendiri kesalahan dan merasakan akibat dari kesalahan. Penggunaan hukuman verbal maupun fisik seperti: kata-kata kasar, ejekan, cubitan, jeweran justru berakibat buruk pada siswa. Kelebihan Pada teori ini adalah pendidik diarahkan untuk menghargai setiap anak didiknya. Hal ini ditunjukkan dengan dihilangkannya sistem hukuman. Hal itu didukung dengan adanya pembentukan lingkungan yang baik sehingga dimungkinkan akan meminimalkan terjadinya kesalahan.
Menurut pendapat Carl R. Rogers (ahli psiko terapi) belajar adalah suat kebebasan atau kemerdekaan untuk mengetahui sesuatu yang baik dan yang buruk, tetapi dengan penuh tanggung jawab. lebih bersifat mekanik. Menurut Carl R. Rogers, para pendidik sebaiknya melihat kebutuhan yang lebih tinggi dan merencanakan pendidikan dan kurikukum untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan ini. Dalam hal ini Carl R. Rogers menganut aliran Humanistik yaitu aliran yang bertujuan menghidupkan rasa perikemanusiaan dan mencita-citakan pergaulan hidup yang lebih baik. Paham yang menganggap manusia sebagai objek studi terpenting. Aliran zaman Renaissance yang menjadikan sastra klasiknsebagai dasar seluruh peradaban manusia. (menurut kmus besar bahasa indonesia). Teori Belajar Humanistik adalah suatu teori dalam pembelajaran yang mengedepankan bagaimana memanusiakan manusisa serta peserta didik mampu mengembangkan potensi dirinya.
. Tujuannya adalah membantu siswa mngembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantunya dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada pada diri mereka. Manusia mempunyai keinginan alami untuk berkembang, untuk lebih baik, dan juga belajar. Jadi sekolah harus berhati-hati supaya tidak membunuh insting ini dengan memaksakan anak belajar sesuatu sebelum mereka siap. Secara singkatnya, penedekatan humanistik dalam pendidikan menekankan pada perkembangan positif. Pendekatan yang berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan tersebut. Hal ini mencakup kemampuan interpersonal sosial dan metode untuk pengembangan diri yang ditujukan untuk memperkaya diri, menikmati keberadaan hidup dan juga masyarakat.
Ketrampilan atau kemampuan membangun diri secara positif ini menjadi sangat penting dalam pendidikan karena keterkaitannya dengan keberhasilan akademik.memaksakan anak belajar sesuatu sebelum mereka siap. Jadi bukan hal yang benar apabila anak dipaksa untuk belajar sesuatu sebelum mereka siap secara fisiologis dan juga punya keinginan. Dalam hal ini peran guru adalah sebagai fasilitator yang membantu siswa untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang lebih tinggi, bukan sebagai anggota seperti dalam Freudian ataupun pengelola perilaku seperti pada behaviorisme.

Roger membedakan dua ciri belajar, yaitu: (1) belajar yang bermakna dan (2) belajar yang tidak bermakna. Belajar yang bermakna terjadi jika dalam proses pembelajaran melibatkan aspek pikiran dan perasaan peserta didik, dan belajar yang tidak bermakna terjadi jika dalam proses pembelajaran melibatkan aspek pikiran akan tetapi tidak melibatkan aspek perasaan peserta didik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar