Jumat, 11 Desember 2015

CRS FILSAFAT DAN ILMU PENDIDIKAN

Nama Mahasiswa                                 : Fina Nahdiyya
Hari/Tanggal CRS                                : Selasa/21 September 2015
Judul Buku/Artikel/Dokumen              : Dasar-Dasar Pendidikan
Penulis Buku/Artikel/Dokumen           : Ki Hajar Dewantara

Dasar-Dasar Pendidikan
Menurut Ki Hajar Dewantara pengajaran sama artinya dengan pendidikan yaitu memberi ilmu atau pengetahuan, serta juga memberi kecakapan kepada anak-anak, yang kedua-duanya dapat berfaedah untuk hidup anak-anak, baik lahir ataupun batin. Walaupun bermacam-macam maksud, tujuan, cara, bentuk, syarat-syarat dan alat-alat didalam proses pendidika itu, akan tetapi nyatalah, bahwa pendidikan yang berhubungan dengan aliran-aliran hidup yang berbagai jenis itu, ada pula dasar-dasar yanng sama.
Pendidikan itu hanyalah tuntutan hidup bagi setiap manusia. Meskipun demikian tetapi perlu juga sesuai dengan keadaan masing-masing anak. Tidak sedikit anak-anak yang ada dasarnya sudah mempunyai sifat yang positif, tetapi karena pengaruh-pengaruh keadaan yang buruk, hilanglah sifat positi tersebut, begitu juga sebaliknya.
Pendidikan juga harus mempunyai syarat-syarat tertentu agar dapat mencapai hasil yang maksimum dan teratur. Pendidikan yang teratur yaitu pendidikan yang bestandar atas pengetahuan, yang dinamakan ilmu pendidikan. Ilmu ini tidak berdiri sendiri, akan tetapi masih memakai ikmu-ilmu lainnya yang dinamakan ilmu syarat-syarat pendidikan.
Ajaran Ki Hadjar Dewantara diterapkan pendidikan yang humanis yaitu memanusiakan manusia yang berbudaya dan berkembang secara kognitif (daya cipta), afektif (daya rasa), dan konatif ( daya karsa). Dengan kata lain prinsip pendidikan Ki Hadjar Dewantara adalah to educate the head, the heart, and the hand.
            Guru yang hebat mempunyai keunggulan, baik dalam mengajar maupun  hubungan dengan peserta didik, dan anggota komunitas sekolah dan pihak lain seperti dengan orang tua dan komite. Dan juga guru harus mempunyai sikap profesionalitas yang tinggi yaitu keinginan untuk memperbaiki diri dan mengikuti perkembangan zaman sehingga penting bagi seorang guru untuk membangun etos kerja yang positif, menjunjung tinggi pekerjaan, menjaga diri dalam melaksanakan pekerjaan dan keinginan  untuk melayani masyarakat. Lebih jauh lagi, guru juga harus memperhatikan penampilannya baik secara fisik, intelektual, relasi sosial, kepribadian dan kerohanian sehingga dapat menjadi motivator bagi anak didiknya.
Cara mengajar dan mendidik  Ki Hajar Dewantara dengan menggunakan “metode Among” dengan semboyan Tut Wuri Handayani artinya mendorong para anak didik untuk membiasakan diri mencari dan belajar sendiri. Mengemong (anak) berarti membimbing, memberi kebebasan anak bergerak menurut kemauannya. Guru atau pamong mengikuti dari belakang dan memberi pengaruh, bertugas mengamat amati dengan segala perhatian, pertolongan diberikan apabila dipandang perlu.
Peralatan pendidikan juga tidak kalah penting ketika kegiatan belajar mengajar dilaksanakan. Peralatan yang memadai akan membantu peserta didik lebih dan semangat ketika proses belajar serta dapat membantu peserta didik dalam mengerjakan tugas dari guru. Namun peserta didik juga tidak bisa hanya bergantung pada fasilitas yang disediakan, mereka juga harus bekerja secara mandiri dan berkelompok agar terciptanya jiwa yang bertanggung jawab.
Hubungan pendidikan juga tidak lepas dari umur. Untuk keperluan pendidikan maka umur peserta didik dibagi menjadi 3 masa, yaituL
1.      Waktu pertama (1-7 tahun) dinamakan masa kanak-kanak
2.      Waktu ke-2 (7-14 tahun) masa pertumbuhan jiwa-fikiran
3.      Masa ke-3 (14-21 tahun) masa terbentuknya budi pekerti
(hal 28)
Tidak seharusnya pendidik zaman sekarang berputus asa karena menganggap peserta didik tidak bisa sedikit demi sedikt menghapus sifat negatifnya, seperti meraka yang seharusnya mampu menjadi manusia yang dermawan, karena pengaruh dan didikan dari luar lainnya mereka menjadi manusia yang kikir. Namun ingatlah dengan menguasai diri dan tetap kuat maka perlahan-lahan mereka dapat melenyapkan dan mengalahkan sifat negatif tersebut.
Penerapan asas-asas filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara tidaklah merata, hanya sebagian kecil yang menerapkan asas-asas tersebut. Itu semua tidak lepas dari kurangnya respon dan rasa nasionalisme dari peserta didik maupun pendidik.
Ø Kalimat esensi
1.      Anak-anak dilahirkan sebagai kertas yang telah penuh dengan tulisan.
2.      Pendidikan adalah tuntutan dalam hidup
Ø Kelebihan bacaan
1.      Pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan masih murni tidak terkontaminasi oleh budaya, adat ataupun teknologi yang berbau negatif.
2.      Sesuai dengan teks bacaan pemikiran Ki Hajar Dewantara sangat menjunjung tinggi pendidikan yang adil.
Ø Kekurangan bacaan
1.      Bahasa yang di gunakan sulit dimengerti

2.      Bahasa yang digunakan masih menggunakan ejaan yang belum disempurnakan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar