Nama Mahasiswa : Fina Nahdiyya
Hari/Tanggal CRS : Selasa/20
Oktober 2015
Judul
Buku/Artikel/Dokumen : Should
Behaviorism Shape Educational Practices
Penulis
Buku/Artikel/Dokumen : B. F.
Skinner dan Carl R. Rogers.
Should
Behaviorism Shape Educational Practices
Menurut B. F. Skinner unsur yang terpenting dalam belajar
adalah adanya penguatan dan hukuman. Penguatan adalah konsekuensi yang
meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi. Sebaliknya, hukuman adalah konsekuensi yang
menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku. Penguatan boleh jadi
kompleks. Penguatan berarti memperkuat.Penguatan
positif adalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respon meningkat
karena diikuti dengan stimulus yang mendukung. Bentuk-bentuk penguatan positif adalah berupa hadiah, perilaku
atau penghargaan.
Penguatan negatif adalah penguatan berdasarkan prinsif
bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus
yang merugikan. Bentuk-bentuk penguatan negatif antara lain: menunda atau tidak
memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak.
Kupasan yang dilakukan Skinner menghasilkan suatu sistem ringkas yang dapat
diterapkan pada dinamika perubahan tingkah laku baik di laboratorium maupun di
dalam kelas.
Dengan demikian beberapa prinsip belajar yang dikembangkan
oleh Skinner antara lain: Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada
siswa, jika salah dibetulkan, jika benar diberi penguat. Dalam proses belajar
harus mengikuti irama dari yang belajar, materi pelajaran digunakan sistem
modul. Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktivitas sendiri. Dalam
proses pembelajaran, tidak digunakan hukuman. Namun ini lingkungan perlu
diubah, untuk menghindari adanya hukuman.
1.
Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan
sebagainya. Hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variable rasio
reinforcer.
2.
Dalam pembelajaran, digunakan shaping.
Beberapa aplikasi teori belajar
Skinner dalam pembelajaran adalah sebagai berikut yaitu Bahan yang dipelajari
dianalisis sampai pada unit-unit secara organis. Hasil berlajar harus segera
diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan dan jika benar diperkuat.
Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar. Materi pelajaran
digunakan sistem modul. Menurtu Skinner dalam proses pembelajaran lebih
dipentingkan aktivitas sendiri. Dalam proses pembelajaran tidak dikenakan
hukuman. Belajar menurut pandangan B. F. Skinner (1958)
merupakan suatu perubahan yang terjadi dalam peluang munculnya respon.
Dalam pendidikan mengutamakan
mengubah lingkungan untuk mengindari pelanggaran agar tidak menghukum. Tingkah
laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah. Hadiah diberikan kadang-kadang . Tingkah
laku yang diinginkan, dianalisis kecil-kecil, semakin meningkat mencapai
tujuan. Menurut Skinner pendidikan harus mempelajari bahan secara tuntas
menurut waktunya masing-masing karena tiap anak berbeda-beda iramanya. Sehingga
naik atau tamat sekolah dalam waktu yang berbeda-beda.
Beberapa Kekeliruan dalam penerapan teori Skinner adalah
penggunaan hukuman sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa. Menurut
Skinner hukuman yang baik adalah anak merasakan sendiri konsekuensi dari
perbuatannya. Misalnya anak perlu mengalami sendiri kesalahan dan merasakan
akibat dari kesalahan. Penggunaan hukuman verbal maupun fisik seperti:
kata-kata kasar, ejekan, cubitan, jeweran justru berakibat buruk pada siswa. Kelebihan Pada teori ini adalah pendidik
diarahkan untuk menghargai setiap anak didiknya. Hal ini ditunjukkan dengan
dihilangkannya sistem hukuman. Hal itu didukung dengan adanya pembentukan
lingkungan yang baik sehingga dimungkinkan akan meminimalkan terjadinya kesalahan.
Menurut pendapat Carl
R. Rogers (ahli psiko terapi) belajar adalah suat kebebasan atau kemerdekaan
untuk mengetahui sesuatu yang baik dan yang buruk, tetapi dengan penuh tanggung
jawab. lebih bersifat mekanik. Menurut Carl R. Rogers, para pendidik sebaiknya
melihat kebutuhan yang lebih tinggi dan merencanakan pendidikan dan kurikukum
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan ini. Dalam hal ini Carl R. Rogers menganut
aliran Humanistik yaitu aliran yang bertujuan menghidupkan rasa perikemanusiaan
dan mencita-citakan pergaulan hidup yang lebih baik. Paham yang menganggap
manusia sebagai objek studi terpenting. Aliran zaman Renaissance yang
menjadikan sastra klasiknsebagai dasar seluruh peradaban manusia. (menurut kmus
besar bahasa indonesia). Teori Belajar Humanistik adalah suatu teori dalam
pembelajaran yang mengedepankan bagaimana memanusiakan manusisa serta peserta
didik mampu mengembangkan potensi dirinya.
. Tujuannya adalah
membantu siswa mngembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk
mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantunya dalam
mewujudkan potensi-potensi yang ada pada diri mereka. Manusia mempunyai
keinginan alami untuk berkembang, untuk lebih baik, dan juga belajar. Jadi sekolah
harus berhati-hati supaya tidak membunuh insting ini dengan memaksakan anak
belajar sesuatu sebelum mereka siap. Secara singkatnya, penedekatan humanistik
dalam pendidikan menekankan pada perkembangan positif. Pendekatan yang berfokus
pada potensi manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan yang mereka punya
dan mengembangkan kemampuan tersebut. Hal ini mencakup kemampuan interpersonal
sosial dan metode untuk pengembangan diri yang ditujukan untuk memperkaya diri,
menikmati keberadaan hidup dan juga masyarakat.
Ketrampilan atau
kemampuan membangun diri secara positif ini menjadi sangat penting dalam
pendidikan karena keterkaitannya dengan keberhasilan akademik.memaksakan anak
belajar sesuatu sebelum mereka siap. Jadi bukan hal yang benar apabila anak
dipaksa untuk belajar sesuatu sebelum mereka siap secara fisiologis dan juga
punya keinginan. Dalam hal ini peran guru adalah sebagai fasilitator yang
membantu siswa untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang lebih tinggi, bukan
sebagai anggota seperti dalam Freudian ataupun pengelola perilaku seperti pada
behaviorisme.
Roger membedakan dua
ciri belajar, yaitu: (1) belajar yang bermakna dan (2) belajar yang tidak
bermakna. Belajar yang bermakna terjadi jika dalam proses pembelajaran
melibatkan aspek pikiran dan perasaan peserta didik, dan belajar yang tidak
bermakna terjadi jika dalam proses pembelajaran melibatkan aspek pikiran akan
tetapi tidak melibatkan aspek perasaan peserta didik.